Pages

2.08.2011

PLP, quota, dan pindah jalur

PLP, what is it?

PLP atau Program Latihan Profesi merupakan salah satu mata kuliah yang harus, wajib, kudu dikontrak sama mahasiswa yang mengambil konsentrasi di bidang pendidikan di UPI, Universitas Pendidikan Indonesia.
Bisa dibilang melalui program PLP ini kami (aku dan juga anak2 lain yang kuliah kependidikan) mengalami pelatihan profesional tenaga pendidik guru.
Lengkapnya bisa dibaca di Buku Pedoman Akademik, UPI :)

Akhirnya setelah 7 semester menempuh masa-masa kuliah yang menyenangkan dan penuh intrik, tibalah waktunya bagiku untuk mengalami yang namanya PLP.

Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, di Prodi sudah tersedia list sekolah-sekolah yang menerima mahasiswa yang akan PLP. Begitu Ar, -salah satu personil ANZ- bilang listnya udah ada di Prodi, aku yang kebetulan ada di kampus langsung masuk ruang prodi dan mengisi namaku dan juga Ar (kita sudah berencana PLP di sekolah yang sama) di SMA Negeri 15 Bandung, sesuai rencanaku sejak jaman KKN, sesuai kesepakatanku sama Sidik a.k.a M.Shadow -personil KKN Sariwangi yang suka banget makan kangkung-.

Aku pun ga sabar menanti PLP dimulai..


Waktu pun berlalu dan sampai pada hari ini.
Berdasarkan informasi Vhe -cewek JupiterB yang aktif berorganisasi-, aku pergi ke BAAK untuk melihat pengumuman PLP. Di pengumuman itu tercantum nama-nama seluruh mahasiswa yang dikelompokkan berdasarkan sekolah tempat PLP, dosen tetap (dosen yang berasal dari prodi/jurusan masing2) dan dosen luar biasa (guru mata pelajaran di sekolah tersebut).

Aku langsung saja mencari list SMA Negeri 15 Bandung, panas2 berdesak2an di kerumunan orang. Begitu berhadapan dengan papan pengumuman a.k.a mading aku menelusuri list SMAN 15.
Di urutan pertama ada jurusan KIMIA, mataku langsung menemukan nama Anggia a.k.a Bundo -personil KKN Sariwangi yang sering masak-, yang setau aku juga daftar PLP di 15.
Langsung saja aku mencari namaku..
Tapi ternyata dan ternyata.., namaku ga ada! otomatis Ar juga ga ada.
Mau ada gimana, wong jurusan KOMPUTERnya aja ga ada di dalam list.. :(

Dengan kening berkerut aku cari namaku dari SMA Negeri 1 Bandung sampai ke TK (yah, meski ga mungkin sih ada PLP untuk jurusan KOMPUTER di TK), mungkin aja sama pihak kampus dipindahin karena suatu alasan. Tapi baik namaku maupun Ar tetep ga ada tuh..
Akhirnya setelah cape nyari dari ujung ke ujung dan bosan liat list PLP di SMAN 15 berkali2, aku pun sms Ar, ngajak dia untuk nanyain soal ini ke University Center (kantor untuk mengurus PLP memang ada di University Center lt.4)

Pukul 13.05
Aku dan Ar memasuki gedung University Center dan segera menuju lt.4. Waktu masuk ke dalam ruang kantor PLP, disana sudah ada beberapa mahasiswa lain. Dua orang mahasiswa diantaranya sedang berbicara dengan salah satu pegawai disana. Tanpa sengaja pembicaraan mereka mampir di telingaku. Dan ternyata mereka (dua mahasiswa itu) juga tidak menemukan nama mereka di SMAN 15. Penjelasan dari si ibunya sedikit tertangkap olehku.
Quota di SMAN 15 udah 36 mahasiswa dan ga bisa lebih dari itu. Jadi memang ada beberapa jurusan yang ga dapet tempat disana. Berarti sekarang mau ga mau, rela ga rela, kami harus pindah jalur ke sekolah lain.

Maka, aku pun berunding dengan Ar, sambil nunggu dua mahasiswa itu menyelesaikan urusannya.
Aku punya beberapa alternatif. Alternatif ini dipilih berdasarkan jarak dengan kampus dan waktu tempuh dari rumahku. Sekolah-sekolah alternatif itu adalah SMA Negeri 2 Bandung, SMP Negeri 15 Bandung, dan SMP Negeri 12 Bandung (alternatifnya hanya sekolah negeri). Dan akhirnya kami memilih pindah jalur ke SMP Negeri 15 Bandung. Kenapa?

Aku sengaja tidak memilih SMAN 2 karena Rie -adikku yang keliatannya pendiam- sekolah di sana. Aku rasa bakalan aneh banget kalo pagi2 aku pergi bareng adikku itu ke sekolah yang sama, dengan status aku guru dan dia murid. Sementara di rumah aku kakak dan dia adik. Aneh. Aneh. Aneh. ;p

Aku juga tidak memilih SMPN 12, karena arah ke sekolah itu sama dengan arah ke kampus. Setidaknya aku merasa bosan dan ingin mencoba jalur lain. Merasakan daerah lain. Tempat lain.

Makannya, sebenarnya SMAN 15 itu udah pas banget. Selain itu kalo di 15 kan sekalian mengingat kembali masa2 SMP aku (dulu SMPku di 26, daerah Sarijadi juga)

Apa boleh buat... :'(
Akhirnya kami pun sepakat memilih SMPN 15. Alasan pribadiku adalah SMP ini ga terlalu jauh dari kampus. Dan setidaknya, meski sedikit, ada perubahan arah pergi. Meski sama2 ke gerlong dulu, tapi dari gerlong arahnya ke bawah bukan ke atas (ke arah kampus). Apalagi di sebrangnya ada Borma Supermarket jadi kalo mau belanja gampang.. hehe :p
Trus kalo ke SMPN 15 kayanya ga terlalu melenceng banget. Toh sama2 15, cuma ganti SMA jadi SMP aja. *maksa

Lalu, setelah dua orang mahasiswa itu selesai bernegosiasi, kami pun menyampaikan masalah kami.
Ibunya langsung sibuk mencari-cari list mahasiswa PLP FPMIPA dari tumpukan2 kertas lainnya, diantara map2 lainnya. Keliatan sibuk banget.
Begitu listnya ketemu beliau membuka halaman yang memuat prodi KOMPUTER, menanyakan nama kami, lalu mencarinya di list.
Di list tersebut aku dan Ar memang terdaftar di SMAN 15, selain kami ternyata Egi -cowok JupiterB yang suka baca komik juga (kayak aku)-, juga daftar di sana.
Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, kami memang ga dapet tempat di SMA itu. Penuh. Sampe sekarang aku ga ngerti juga kenapa bisa terjadi hal seperti itu. Kenapa banyak yang memilih SMAN 15? Hingga beberapa jurusan ga dapet tempat disana..

Ah! Satu hal menyenangkan yang aku rasakan begitu melihat list itu, dosen tetapnya Pak Yudi -dosen ilkom yang langsung jadi favorit aku sejak pertama kali ngajar-. Kalo dosennya ga dirubah meski kami pindah jalur ke sekolah lain bakalan asik banget, buat aku sih.

Finally, beliau bilang akan memindahkan kami ke sekolah lain. Aku pikir kayanya asik juga kalo ditentukan sama ibunya. Aku ga tau dimana aku akan di tempatkan, rasanya mungkin seperti membuka kotak harta yang kita ga tau apa isinya. Perasaan itu pun hanya terlintas sesaat,
karena selanjutnya Ar bilang "Kalo kita yang milih tempatnya bisa ga Bu?"
Ibunya bilang "Sok mau dimana?"
Ar memandangku meminta persetujuan, aku memberikan sinyal persetujuan dan berkata
"SMP 15"
Ibunya lalu membuka halaman SMPN 15, mengecek ketersediaan tempat di sekolah tersebut.

Yah begitulah, akhirnya kami PLP di SMP Negeri 15 Bandung (tentunya hal ini pun sudah aku sampaikan pada Egi via sms). Yang artinya, aku juga harus mengulang persepsi aku, imajinasi aku, dan lain-lain aku.
Bye bye.. SMAN 15, aku tak jadi bertualang di tempatmu.

Haha.. :D
Sedikit banyak pengalaman hari ini memberitahuku beberapa hal.
Meski hal seperti ini membuat kita merasa repot. Pihak administrasi yang mengurus hal ini jauh lebih repot karena selain harus mengurus surat menyurat, juga harus mengurus mahasiswa yang mau pindah jalur dan juga, seperti kasusku, yang ga kebagian tempat, belum lagi kasus-kasus lain. Uwaaah!
Lalu, meski semua hal tak berjalan sesuai rencana, akan lebih baik jika tidak menyesalinya dan terus melangkah maju. Lihat dan pastikan, sekalipun tidak sesuai rencana bukan berarti itu buruk. Siapa tau malah jauh lebih baik.
Toh semuanya sudah ada yang merencanakan. Sudah ada yang membuat dan memiliki skenarionya.
Yang perlu dilakukan adalah menjalani semuanya dengan pikiran positif.

power up!! \(^^)/

About Me

My photo
cat lover, japan addict, spy girl, paparazzi, the nocturnal, plegmatis, book eater, newbie teacher, single happy, travel writer wannabe;