Pages

11.22.2012

Menjadi 'Tua' ≠ Menjadi Dewasa

"Tua itu pasti. Dewasa itu pilihan."
Seperti yang acapkali dikatakan oleh sahabatku itu, bertambahnya umur tak selalu berarti bertambah dewasa.
Andaikan saja umur yang semakin bertambah disertai dengan kedewasaan yang juga bertambah, tentu rasanya tak akan sesulit ini.
Memasuki usia 23 rasanya aku ingin kembali ke masa kanak-kanak, ke masa dimana sepertinya aku tak memikirkan apapun kecuali sekolah dan bermain.
Memasuki usia 23, apalagi ditambah dengan sebuah titel sarjana, bagaikan memasuki dunia nyata.
Dimana aku seharusnya sanggup berpijak dengan kedua kakiku sendiri.

Namun faktanya, meski sudah memasuki usia 23 sedikit sekali perubahan kedewasaan yang terjadi pada diriku.

Menjadi dewasa (salah satunya) berarti menjadi lebih bertanggungjawab.
Sementara, seringkali aku lalai akan kewajibanku. Tak jarang pula aku menunda sesuatu hanya karena malas. Atau 'melarikan diri' dari apa yang seharusnya kuhadapi.

Memasuki usia 23, aku tahu bahwa diriku masih jauh dari sosok seseorang yang bisa disebut dewasa.
Aku merasa timpang. Karena, sungguh, aku masih ingin menjadi kanak-kanak sementara waktu terus berjalan -berlari bahkan-, tanpa kompromi.

Seperti yang tadi sudah kusebut, dewasa itu pilihan.
Dan untuk menjadi dewasa diperlukan perubahan.
Dan untuk berubah diperlukan kesadaran.

Kini, aku bediri di jalan yang penuh kebimbangan.
Sadar namun belum ingin berubah.
Tapi kalau tak mau berubah, sampai kapan aku akan ada disini?
Mempertanyakan kebimbanganku sendiri.

Andaikan saja umur yang semakin bertambah disertai dengan kedewasaan yang juga bertambah, tentu tulisan ini tak akan ada.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
cat lover, japan addict, spy girl, paparazzi, the nocturnal, plegmatis, book eater, newbie teacher, single happy, travel writer wannabe;